"QRIS di China-Jepang: Kemudahan Tanpa Tukar Uang atau Ancaman bagi Kedaulatan Rupiah?"
Pendahuluan: Revolusi Pembayaran Digital Indonesia Menyebrang ke Asia Timur
Dalam gebrakan terbaru yang akan mengubah cara wisatawan Indonesia berbelanja di luar negeri, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) akan resmi beroperasi di China dan Jepang mulai 17 Agustus 2025.
Ini berarti:
WNI traveling ke Tokyo, Beijing, atau Shanghai tidak perlu lagi repot menukar rupiah ke yen/yuan
Transaksi langsung dalam rupiah dengan scan QR code
Perluasan dominasi ekonomi digital Indonesia di kancah global
Tapi di balik kemudahan ini, muncul pertanyaan kritis:
Apakah ini benar-benar menguntungkan ekonomi Indonesia, atau justru membuat kita semakin tergantung pada sistem pembayaran global?
Bagaimana dampaknya terhadap nilai tukar rupiah jika transaksi besar-besaran terjadi tanpa melalui mekanisme pertukaran valas tradisional?
Siapkah infrastruktur keuangan kita menghadapi potensi serangan siber dan pencucian uang lintas negara?
Artikel investigasi ini akan mengupas tuntas:
✓ Mekanisme teknis QRIS global
✓ Dampak ekonomi makro bagi Indonesia
✓ Risiko keamanan dan privasi data
✓ Perbandingan dengan sistem serupa (Alipay, PayPay)
✓ Opini pakar pro-kontra
Bagian 1: Cara Kerja QRIS Lintas Negara & Keunggulannya
1.1 Mekanisme Transaksi QRIS di Luar Negeri
Ketika turis Indonesia scan QR code di Jepang:
Sistem mengenali merchant terdaftar di jaringan JCN (Japan Credit Bureau)
Konversi otomatis yen→rupiah dengan kurs BI real-time
Pemotongan biaya transaksi hanya 0.3-0.7% (lebih murah dari kartu kredit)
1.2 Negara yang Sudah Terintegrasi
ASEAN: Malaysia, Thailand, Singapura (sejak 2022)
Asia Timur: Korea Selatan (2023), China-Jepang (2025)
Dalam Pembicaraan: India, Uni Emirat Arab
*"Ini efisiensi besar. Biaya currency exchange biasa makan 5-15% dari nilai transaksi,"* tegas Filianingsih Hendarta, Deputi Gubernur BI.
Bagian 2: Dampak Ekonomi—Siapa yang Untung?
2.1 Keuntungan untuk Indonesia
Peningkatan transaksi devisa (+Rp28 triliun proyeksi 2026)
Penguatan penggunaan rupiah di global (internationalisasi mata uang)
Dorongan pariwisata: 1,3 juta WNI ke Jepang/China per tahun
2.2 Potensi Kerugian
Risiko pelarian modal melalui transaksi digital
Ketergantungan pada sistem clearing asing (SWIFT/CIPS)
Merchant luar negeri bisa hindari pajak Indonesia
"Perlu pengawasan ketat. Jangan sampai QRIS jadi backdoor capital flight," peringatan Dr. Andika, ekonom UI.
Bagian 3: Perang Sistem Pembayaran Digital Asia
3.1 Persaingan dengan Alipay (China) & PayPay (Jepang)
Aspek | QRIS | Alipay | PayPay |
---|---|---|---|
Fee Merchant | 0.3-0.7% | 1.2% | 1.5% |
Kurs | BI Rate | Komersial | Komersial |
Cakupan | 6 negara | 50+ negara | Hanya Jepang |
3.2 Strategi BI Melawan Dominasi China
Kerjasama dengan JCB Jepang (bukan UnionPay China)
Memanfaatkan jaringan NTT Docomo
Insentif cashback untuk merchant lokal
Bagian 4: Kontroversi Keamanan & Masa Depan
4.1 Ancaman Siber
Kasus phising QR code palsu (naik 220% di Malaysia pasca-integrasi QRIS)
Celah AML (Anti Money Laundering)
4.2 Skenario 2030
Optimis: QRIS digunakan di 20+ negara, rupiah masuk SDR IMF
Pesimis: Dominasi Alipay menggeser QRIS, Indonesia jadi penonton
Kesimpulan: Loncatan Besar atau Bumerang?
QRIS global adalah terobosan, tapi:
✅ Perlu aturan ketat perlindungan data
✅ Diperkuat kerja sama regulator Asia
✅ Edukasi massif ke masyarakat
Bagaimana pendapat Anda?
Setuju QRIS diperluas ke Eropa-Amerika?
Atau khawatir akan disalahgunakan?
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar