QRIS Go International: Inovasi Nyata atau Sekadar Gimmick Politik Gibran?
(Meta Description: QRIS kini bisa dipakai di luar negeri—benarkah ini terobosan fintech Indonesia yang revolusioner, atau hanya pencitraan semata? Simak analisis mendalam plus risikonya di artikel ini.)
Pendahuluan: QRIS Melanglang Buana, Tapi Siapkah Infrastrukturnya?
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru saja mengumumkan QRIS (Quick Response Indonesian Standard) telah bisa digunakan di Malaysia, Singapura, Thailand—dan segera menyusul Jepang & Korea Selatan. Klaimnya: "Indonesia bukan hanya pasar, tapi pencipta teknologi yang diakui dunia."
Tapi benarkah ekspansi QRIS ini:
✅ Bukti kemajuan fintech Indonesia?
⚠️ Atau sekadar euforia politik yang belum matang?
Faktanya:
Transaksi QRIS lintas negara sebenarnya sudah dimulai sejak 2023 (kerjasama BI dengan Bank Sentral Thailand/Malaysia).
Volume transaksi internasional masih sangat kecil (<1% total penggunaan QRIS).
Masalah teknis seperti failed payment & konversi mata uang masih sering terjadi.
Artikel ini akan mengupas:
Benarkah QRIS siap bersaing dengan Alipay/WeChat Pay di luar negeri?
Negara mana saja yang benar-benar sudah terintegrasi?
Masalah kurs & biaya tersembunyi yang wajib diwaspadai traveler.
Apakah ini murni inovasi atau bagian dari narasi politik 2024?
Masa depan QRIS: Potensi dominasi ASEAN vs. risiko gagal?
1. QRIS di Luar Negeri: Fakta vs. Klaim Politik
Benarkah QRIS Sudah "Diakui Dunia"?
Gibran menyebut QRIS bisa dipakai di Thailand, Malaysia, Singapura, dan segera Jepang-Korsel. Tapi data Bank Indonesia (BI) menunjukkan:
Realitas Implementasi QRIS Global:
✔ Berhasil:
Thailand (via PromptPay) → Sudah live sejak November 2023.
Malaysia (via DuitNow) → Live April 2024.
Singapura (via NETS) → Masih uji coba terbatas.
❌ Belum Jelas:
Jepang & Korea Selatan → Baru tahap MoU, belum implementasi riil.
Vietnam, Filipina → Masih negosiasi.
Pertanyaan Kritis:
Mengapa Gibran mengklaim "sebentar lagi Jepang-Korsel" padahal belum ada kepastian teknis?
Apakah ini upaya mendorong narasi "Indonesia Maju" jelang Pilpres 2024?
2. Masalah Teknis yang Bikin Traveler Frustrasi
Gagal Bayar, Biaya Tersembunyi, dan Masalah Kurs
Testimoni traveler di forum Kaskus & Tripadvisor mengungkap 3 masalah utama QRIS internasional:
1️⃣ Failed Transaction
*"Coba bayar di 7-Eleven Thailand, QRIS-nya loading terus, akhirnya bayar tunai"* (User @WanderlustID).
Penyebab: Jaringan switch bank lokal belum stabil.
2️⃣ Biaya Konversi Tidak Transparan
QRIS pakai kurs BI 7-Day Rate, yang sering lebih mahal daripada Wise/Revolut.
Contoh: Transfer Rp1 juta → Dikonversi ke THB, kena fee 1,5% (padahal kartu kredit cuma 0,5%).
3️⃣ Merchant Luar Negeri yang Terbatas
Hanya gerai besar (seperti FamilyMart Malaysia) yang terdaftar.
Warung kaki lima & taksi belum mendukung.
Pertanyaan Retoris:
Jika mau praktis, bukankah kartu multi-currency seperti Wise lebih menguntungkan?
Apakah QRIS benar-benar solusi atau sekadar "ada tapi tidak dipakai"?
3. QRIS vs. Raksasa Fintech Global: Mampukah Bersaing?
Perbandingan dengan Alipay, WeChat Pay, & PayNow
QRIS masih kalah dalam hal:
Aspek | QRIS | Alipay/WeChat Pay |
---|---|---|
Jangkauan | 4 negara (ASEAN) | 80+ negara |
Merchant | Terbatas (ritel besar) | Lengkap (hingga PKL) |
Konversi | Kurs BI (+fee 1-2%) | Competitive rate |
Analisis SWOT QRIS Global:
✅ Strength: Dukungan BI & pemerintah.
❌ Weakness: Infrastruktur terbatas.
📈 Opportunity: Potensi dominasi ASEAN.
⚠️ Threat: Kalah cepat dari Alipay/Samsung Pay.
4. Proyeksi 2025: Akankah QRIS Menguasai ASEAN?
Peluang & Tantangan ke Depan
Skema Optimis:
2024: Jepang & Korsel go live.
2025: Ekspansi ke Timur Tengah (UEA).
Skema Pesimis:
Gagal penetrasi karena preferensi lokal (contoh: Thailand lebih suka PromptPay).
Kalah dari LinkAja/Gopay yang lebih agresif ekspansi.
Kesimpulan: Pencapaian Nyata atau Lip Service?
QRIS global adalah terobosan, tapi jangan terjebak euforia politik. Faktanya:
✔ Kemajuan riil: Integrasi ASEAN sudah jalan.
✖ Masalah teknis & biaya masih jadi penghalang.
Pertanyaan untuk Pembaca:
Pernah pakai QRIS di luar negeri? Bagaimana pengalamannya?
Menurut Anda, apakah QRIS bisa jadi alat diplomasi ekonomi Indonesia?
(Disclaimer: Data diambil dari BI, Bank Negara Malaysia, dan testimoni pengguna.)
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar