baca juga: Bitcoin: Aset Digital? Membongkar 7 Mitos Paling Berbahaya Tentang Cryptocurrency Pertama Dunia
"Stablecoin Jadi Senjata Rahasia di Perang AS-Iran? Volume Melonjak 3,84% Usai Serangan ke Israel"
Meta Description:
Volume perdagangan stablecoin melonjak 3,84% dalam 24 jam setelah Iran menyerang Israel. Apakah ini bukti bahwa kripto menjadi "safe haven" baru di tengah perang? Simak analisis mendalam dengan data terverifikasi dan opini pakar.
Pendahuluan: Ketika Perang Memicu Lonjakan Stablecoin
Dunia menahan napas ketika Iran meluncurkan serangan drone dan rudal ke Bandara Internasional Ben Gurion, Israel, sebagai balasan atas serangan AS. Namun, di balik gejolak geopolitik ini, ada satu hal yang menarik perhatian para analis keuangan: lonjakan volume perdagangan stablecoin sebesar 3,84% dalam 24 jam.
Apa artinya ini? Apakah investor kini melihat stablecoin sebagai "bunker digital" di tengah ketidakpastian global? Ataukah ada permainan geopolitik yang lebih besar di balik peningkatan ini?
Faktanya, USDT (Tether) mencatat kenaikan volume 6,84% menjadi US$72,87 miliar, sementara USDC naik 4,57% ke US$9,6 miliar. Namun, tidak semua stablecoin mengikuti tren—beberapa seperti Ethena USDe justru anjlok 27,67%.**
Artikel ini akan mengupas tuntas:
Mengapa stablecoin menjadi pilihan investor saat konflik?
Apa yang terjadi dengan stablecoin lain yang justru merosot?
Apakah ini pertanda bahwa kripto semakin terintegrasi dengan geopolitik?
Bagaimana regulator global akan menyikapi fenomena ini?
1. Stablecoin: "Safe Haven" Baru di Tengah Perang?
1.1 Investor Lari ke Aset Stabil Saat Krisis
Sejarah membuktikan bahwa setiap kali terjadi konflik geopolitik, investor mencari aset yang stabil. Emas, dolar AS, dan obligasi pemerintah biasanya menjadi pilihan utama. Namun, kali lain, stablecoin—terutama yang dipatok ke dolar AS—menunjukkan daya tarik yang sama.
Data dari CoinMarketCap (April 2024) menunjukkan:
USDT (Tether) melonjak 6,84% dalam volume perdagangan.
USDC (Circle) naik 4,57%, menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap stablecoin yang di-backing penuh oleh kas dan surat berharga AS.
FDUSD (First Digital USD) turun tipis 0,79%, sementara PayPal USD anjlok 38,89%—menunjukkan bahwa tidak semua stablecoin dianggap sama oleh pasar.
1.2 Kenapa Bukan Bitcoin atau Ethereum?
Pertanyaan retoris: Jika kripto adalah aset "anti-inflasi", mengapa bukan Bitcoin yang melonjak?
Jawabannya terletak pada volatilitas. Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) masih sangat fluktuatif, sementara stablecoin memberikan stabilitas instan karena dipatok 1:1 dengan dolar AS.
Michael Saylor, pendiri MicroStrategy, pernah mengatakan:
"Bitcoin adalah emas digital, tetapi stablecoin adalah uang digital."
Di tengah perang, investor lebih memilih likuiditas cepat daripada spekulasi jangka panjang.
2. AS vs Iran: Perang Dingin di Dunia Kripto?
2.1 Iran & Kripto: Pelarian dari Sanksi
Iran telah lama menggunakan kripto untuk menghindari sanksi AS. Pada 2023, Iran melakukan perdagangan kripto senilai $10 miliar melalui stablecoin (sumber: Chainalysis).
Pertanyaan besar: Apakah peningkatan volume USDT & USDC kali ini juga dipengaruhi oleh arus modal dari Iran?
Beberapa analis menduga bahwa pemerintah dan pelaku bisnis Iran mungkin menggunakan stablecoin untuk transfer dana lintas batas tanpa terdeteksi SWIFT.
2.2 AS & Regulasi Stablecoin: Perlombaan Pengaruh
AS tidak tinggal diam. USD1, stablecoin yang dikembangkan di bawah pengawasan pemerintah AS, justru naik 7,71%.
Apakah ini pertanda bahwa AS ingin mengontrol arus stablecoin untuk kepentingan geopolitik?
Senator Elizabeth Warren pernah memperingatkan:
"Stablecoin bisa menjadi alat bagi negara-negara musuh untuk melemahkan dolar AS."
3. Mengapa Beberapa Stablecoin Justru Anjlok?
3.1 Ethena USDe: Jatuh 27,67%
Ethena USDe adalah stablecoin berbasis algoritma yang tidak sepenuhnya di-backing oleh dolar AS. Ketika pasar panik, investor lebih memilih stablecoin dengan cadangan penuh (seperti USDT & USDC).
3.2 PayPal USD: Penurunan 38,89%
PayPal USD adalah stablecoin baru yang belum sepenuhnya dipercaya pasar. Dalam kondisi krisis, investor cenderung memilih yang sudah terbukti (Tether & Circle).
4. Masa Depan Stablecoin di Tengah Gejolak Global
4.1 Ancaman Regulasi
Bank Sentral Eropa (ECB) dan AS semakin ketat mengawasi stablecoin. Apakah ini akan membatasi pertumbuhannya?
4.2 Potensi Adopsi oleh Negara-Negara Terlilit Sanksi
Jika Iran dan Rusia semakin banyak menggunakan stablecoin, apakah Barat akan melarangnya?
Kesimpulan: Apakah Stablecoin Akan Mengubah Perang Ekonomi?
Lonjakan volume stablecoin pasca-serangan Iran ke Israel bukanlah kebetulan. Ini adalah bukti bahwa kripto telah menjadi alat finansial yang tak terhindarkan dalam konflik global.
Pertanyaan terbesar:
Akankah stablecoin menjadi senjata rahasia dalam perang ekonomi?
Ataukah regulator akan membatasi penggunaannya sebelum menjadi terlalu besar?
Satu hal yang pasti: uang tidak pernah tidur, dan di era digital, ia bergerak lebih cepat dari rudal.
Bagaimana pendapat Anda? Apakah stablecoin akan menjadi "bunker digital" masa depan?
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar