baca juga: Bitcoin: Aset Digital? Membongkar 7 Mitos Paling Berbahaya Tentang Cryptocurrency Pertama Dunia
"Senat AS Sahkan RUU AI: Mengapa Crypto Disingkirkan dan Apa Dampaknya bagi Masa Depan Blockchain?"
Pendahuluan: Kebijakan AI AS yang Mengabaikan Crypto – Kesalahan Sejarah atau Langkah Cerdas?
Dalam sebuah voting ketat 50-50, Senat AS akhirnya menyetujui One Big Beautiful Bill Act yang diajukan oleh pemerintahan Trump. RUU ini mencakup pemotongan pajak, belanja militer, keamanan perbatasan, dan regulasi kecerdasan buatan (AI). Namun, ada satu hal yang mencolok: tidak ada satu pun klausul tentang crypto meski sebelumnya sempat diusulkan oleh Senator Cynthia Lummis.
Mengapa crypto diabaikan?
Apakah pemerintah AS sengaja menunda regulasi crypto untuk menghindari gejolak pasar?
Atau ini pertanda bahwa Blockchain dan AI akan dipisahkan secara kebijakan, dengan AI diprioritaskan?
Fakta kunci yang harus diperhatikan:
RUU ini akan menambah defisit federal AS sebesar $3,3 triliun dalam 10 tahun.
Tidak ada aturan pajak crypto, padahal industri ini bernilai $2,3 triliun.
AI dapat berkembang lebih cepat dengan pendanaan besar, sementara crypto tetap dalam "zona abu-abu".
1. Mengapa Crypto Disingkirkan dari RUU AI? Analisis Kebijakan AS
1.1. Pertarungan Politik di Balik Pengabaian Crypto
Kelompok Anti-Crypto di Senat: Beberapa senator, termasuk Elizabeth Warren, terus mendorong regulasi ketat terhadap aset digital. Namun, mereka kalah suara dalam RUU ini.
Tekanan Lobi Big Tech: Perusahaan seperti Google dan OpenAI lebih ingin fokus pada pendanaan AI tanpa distraksi crypto.
1.2. Dampak Langsung pada Pasar Crypto
Ketidakpastian Regulasi Masih Berlanjut: Tanpa payung hukum jelas, investor institusi mungkin menunda masuk ke crypto.
Kekhawatiran Pengenaan Pajak Dadakan: Jika crypto tidak diatur sekarang, pemerintah bisa mengenakan pajak retroaktif di masa depan.
1.3. Apa yang Diharapkan dari DPR AS?
DPR masih bisa menambahkan amandemen terkait crypto, tetapi peluangnya kecil sebelum pemilu.
Jika Trump menang, apakah kebijakan crypto akan berubah?
2. AI vs. Crypto: Siapa yang Akan Mendominasi Masa Depan Teknologi?
2.1. AI Dapat Dana Besar, Crypto Tidak
Anggaran AI di RUU ini mencapai $32 miliar per tahun, sementara crypto tidak dapat alokasi khusus.
Perusahaan AI seperti OpenAI dan Anthropic akan diuntungkan, sementara proyek blockchain harus bergantung pada pendanaan swasta.
2.2. Blockchain Bisa Jadi "Musuh" AI dalam Hal Privasi
AI butuh data besar, blockchain menjanjikan desentralisasi data.
Jika pemerintah AS ingin kontrol AI, mereka mungkin batasi pengembangan blockchain yang terlalu anonim.
2.3. Prediksi: Akankah Crypto Menjadi Bagian dari Ekosistem AI?
Beberapa proyek seperti Fetch.AI dan Bittensor sudah menggabungkan AI + Blockchain.
Tapi tanpa dukungan pemerintah, integrasi ini bisa lambat.
3. Dampak Jangka Panjang: Defisit $3,3 Triliun & Masa Depan Ekonomi Digital
3.1. Apakah Defisit Ini Akan Memicu Hiperinflasi?
Jika AS terus mencetak uang, Bitcoin bisa menjadi "safe haven".
Tapi tanpa regulasi jelas, investor mungkin ragu.
3.2. Peluang Crypto di Tengah Ketidakpastian
DeFi bisa jadi alternatif saat bank sentral kehilangan kepercayaan.
Stablecoin seperti USDT dan USDC mungkin semakin dominan.
3.3. Skenario Terburuk: Jika AS Menekan Crypto Lebih Keras
Bursa seperti Coinbase bisa menghadapi tekanan regulasi.
Pasar crypto bisa alami koreksi besar.
Kesimpulan: Apa yang Harus Dilakukan Investor Crypto Sekarang?
✅ Pantau perkembangan DPR AS – Jika ada amandemen crypto, siapkan strategi.
✅ Diversifikasi ke proyek AI-Blockchain – Seperti Fetch.AI atau Ocean Protocol.
✅ Waspadai potensi koreksi pasar – Regulasi yang tertunda bisa picu volatilitas.
Pertanyaan Terakhir untuk Pembaca:
Menurut Anda, apakah pengabaian crypto dalam RUU ini adalah kesalahan besar atau justru keuntungan bagi desentralisasi?
#RegulasiCrypto #AIAct #Bitcoin #Blockchain #EkonomiDigital
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar