Tembok Jebol, Pelaku Pasar Kian Pesimis Bitcoin Terjun ke US$80 Ribu: Akhir dari Euforia Digital?

 Investasi cerdas adalah kunci menuju masa depan berkualitas dengan menggabungkan pertumbuhan, perlindungan, dan keuntungan


Tembok Jebol, Pelaku Pasar Kian Pesimis Bitcoin Terjun ke US$80 Ribu: Akhir dari Euforia Digital?

Meta Description:
Bitcoin anjlok ke bawah US$100.000 dan berpotensi terjun ke US$80.000. Apakah ini awal dari kejatuhan pasar crypto global, atau sekadar koreksi teknikal yang dibesar-besarkan?


Pendahuluan: Dari Euforia ke Kepanikan

Bitcoin—mata uang digital yang pernah digadang-gadang sebagai “emas baru dunia”—kini kembali menjadi sorotan. Setelah menembus level psikologis US$100.000 beberapa bulan lalu, harga BTC kini justru ambruk hingga menyentuh US$99.000 pada Rabu (5/11) dini hari.

Koreksi tajam ini tak hanya memicu likuidasi derivatif senilai lebih dari Rp36 triliun, tetapi juga mengguncang kepercayaan pelaku pasar yang sebelumnya optimistis. Di platform prediksi pasar Polymarket, kini terdapat peluang 62% bahwa Bitcoin akan jatuh lebih dalam hingga ke kisaran US$80.000.

Apakah ini sekadar badai sesaat di pasar crypto—atau pertanda bahwa euforia digital telah resmi berakhir?


Tekanan Beruntun: Data dan Fakta di Balik Kejatuhan

Kondisi makroekonomi global menjadi salah satu biang keladi. Kenaikan suku bunga AS, penguatan dolar, dan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah membuat investor berbondong-bondong keluar dari aset berisiko. Bitcoin, meski kerap disebut “safe haven digital”, ternyata belum mampu membuktikan ketahanannya di tengah tekanan global.

Menurut data on-chain dari CryptoQuant, volume jual meningkat signifikan di bursa spot dan derivatif sejak awal pekan. Julio Moreno, Head of Research di CryptoQuant, menyatakan:

“Apabila harga gagal bertahan di area US$100.000, maka kemungkinan turun ke sekitar US$72.000 dalam satu hingga dua bulan ke depan akan meningkat drastis.”

Analisis teknikal juga tak kalah suram. Grafik mingguan BTC menunjukkan formasi bearish descending triangle, sebuah pola klasik yang sering menjadi pertanda koreksi panjang. Level support kuat di US$95.000 kini terancam jebol, dengan zona berikutnya berada di kisaran US$80.000 hingga US$78.500.


Reaksi Pasar: Dari Optimisme ke Ketakutan Kolektif

Kepanikan investor terlihat nyata di media sosial dan komunitas crypto. Frasa seperti Bitcoin Crash Incoming dan Time to Sell Before the Storm mendominasi linimasa X (Twitter) dan Reddit.

Sementara itu, Indeks Fear and Greed Crypto yang sempat berada di zona “greed” pada Oktober lalu kini anjlok ke level 28, masuk ke wilayah “fear”. Ini menunjukkan perubahan drastis dalam sentimen investor: dari serakah menjadi takut.

Namun menariknya, di tengah kepanikan, ada pula kelompok yang melihat peluang. Michael Saylor, CEO MicroStrategy, misalnya, tetap bersikukuh bahwa volatilitas hanyalah bagian dari perjalanan Bitcoin menuju “maturitas aset digital global”.

“Saya sudah melihat Bitcoin turun 80% lebih dari tiga kali. Setiap kali jatuh, orang bilang ‘ini akhirnya’. Tapi lihat sejarah—Bitcoin selalu bangkit lebih kuat,” ujar Saylor dalam wawancara di CNBC.


Analisis: Koreksi Sehat atau Awal dari Kehancuran Baru?

Pertanyaan besarnya kini: apakah ini koreksi sehat atau sinyal kehancuran sistemik?

Beberapa analis percaya penurunan ini hanyalah cooling down alami setelah fase bull run besar-besaran. Sejak awal tahun, harga BTC sudah naik lebih dari 180%, dan koreksi 20–30% dinilai wajar dalam siklus pasar crypto.

Namun, analis lain justru melihat ini sebagai awal dari bear market jangka menengah.
Faktor-faktor seperti tingginya likuidasi leverage, menurunnya arus modal institusional, dan stagnasi volume transaksi on-chain memperkuat kekhawatiran bahwa “banteng sudah kelelahan”.

Lebih jauh, laporan dari Glassnode menunjukkan adanya penurunan signifikan pada jumlah alamat aktif dan transaksi harian. Ini menandakan berkurangnya minat investor ritel, sebuah indikator yang sering mendahului penurunan besar dalam sejarah pasar crypto.


Institusi Mulai Menjauh: Gejala yang Tak Bisa Diabaikan

Dulu, masuknya institusi ke pasar crypto dianggap tanda validasi. Kini, keluarnya mereka bisa jadi sinyal bahaya.

Menurut data Bloomberg Intelligence, sejumlah manajer aset besar seperti BlackRock dan ARK Invest mulai mengurangi eksposur terhadap Bitcoin ETF hingga 15% dalam portofolionya sejak Oktober.

Langkah ini mempertegas bahwa para investor besar pun sedang bersikap hati-hati. Jika tren ini berlanjut, likuiditas pasar bisa semakin menurun dan memperburuk efek domino penurunan harga.

“Institusi masuk bukan karena cinta ideologi crypto, tapi karena momentum. Begitu momentumnya hilang, mereka pergi,” kata analis senior JPMorgan, Lisa Trenton, dalam laporan mingguan mereka.


Opini Publik: Antara Realitas dan Psikologi Massa

Tak dapat dipungkiri, pasar crypto selalu digerakkan oleh psikologi massa—lebih dari sekadar data. Ketika rasa takut mulai menguasai, pasar bisa bergerak jauh lebih cepat daripada logika ekonomi.

Kejatuhan ke US$80.000 bisa saja terjadi bukan karena fundamental, tetapi karena self-fulfilling prophecy: semakin banyak orang percaya harga akan turun, semakin besar peluang penurunan itu terjadi.

Pertanyaannya, berapa lama kepanikan ini akan bertahan?
Apakah Bitcoin akan kembali membuktikan daya tahannya seperti di masa lalu, atau kali ini benar-benar berbeda?


Konteks Historis: Pola yang Selalu Terulang

Dalam sejarah Bitcoin, setiap kenaikan besar selalu diikuti koreksi brutal.

  • Tahun 2013: turun dari US$1.100 ke US$200

  • Tahun 2017: jatuh dari US$19.000 ke US$3.200

  • Tahun 2021: dari US$69.000 ke US$28.000

Jika pola itu berulang, maka skenario penurunan ke US$80.000 sebenarnya tidak mengherankan. Namun, setelah setiap “jatuh bebas”, Bitcoin selalu berhasil mencetak rekor baru.

Apakah kali ini akan berbeda? Atau kita sedang menyaksikan babak baru dari siklus klasik Bitcoin: “boom and bust”?


Kesimpulan: Antara Ketakutan dan Kesempatan

Pasar crypto kini berada di persimpangan. Satu sisi dipenuhi ketakutan dan spekulasi kejatuhan ke US$80.000. Di sisi lain, ada keyakinan bahwa ini hanyalah ujian sementara sebelum reli berikutnya dimulai.

Apapun pandangan Anda, satu hal pasti: volatilitas adalah jantung dari Bitcoin.
Bagi sebagian orang, ini mimpi buruk.
Bagi sebagian lainnya, ini peluang emas.

Pertanyaannya sekarang: apakah Anda akan panik mengikuti arus, atau justru bersiap saat orang lain ketakutan?

Karena dalam dunia crypto, sejarah menunjukkan—yang berani di masa ketakutan, sering kali jadi pemenang di masa euforia.


Disclaimer:
Artikel ini bersifat informatif, bukan rekomendasi investasi. Selalu lakukan riset sendiri (Do Your Own Research - DYOR) sebelum mengambil keputusan keuangan.




Strategi ini mencerminkan tren investasi modern yang aman dan berkelanjutan, Dengan pendekatan futuristik, investasi menjadi solusi tepat untuk membangun stabilitas finansial jangka panjang


Bitcoin adalah Aset Digital atau Agama Baru Membongkar 7 Mitos Paling Berbahaya Tentang Cryptocurrency Pertama Dunia

baca juga: Bitcoin: Aset Digital? Membongkar 7 Mitos Paling Berbahaya Tentang Cryptocurrency Pertama Dunia

Tips Psikologis untuk Menabung Crypto.

baca juga: Cara memahami aspek psikologis dalam investasi kripto dan bagaimana membangun strategi yang kuat untuk menabung dalam jangka panjang

Cara mulai investasi dengan modal kecil untuk pemula di tahun 2024, tips aman bagi pemula, dan platform online terbaik untuk investasi, ciri ciri saham untuk investasi terbaik bagi pemula

baca juga: Cara mulai investasi dengan modal kecil untuk pemula di tahun 2024, tips aman bagi pemula, dan platform online terbaik untuk investasi, ciri ciri saham untuk investasi terbaik bagi pemula

Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor

baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor

0 Komentar