Renungan Bulan Puasa dan Idul Fitri

Renungan Bulan Puasa dan Idul Fitri



Alhamdulillah, 30 hari sudah kita melaksanakan ‘ibadah puasa di bulan suci Romadhon yang penuh barokah, rohmah dan maghfiroh Allah SWT. Jelas dikatakan sebagai bulan yang penuh dengan barokah, rohmat dan maghfiroh karena di bulan ini Allah SWT menutup semua pintu neraka dan membuka selebar – lebarnya pintu – pintu surga, membuka seluas – luasnya pintu maaf dan ampunan bagi siapa saja yang bertaubat dan ingin kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

Bulan Romadhon adalah bulan ujian, untuk menguji kadar keimanan kita kepada Allah SWT, bulan yang penuh perjuangan, sebesar apa kesabaran kita dalam menghadapi berbagai godaan selama ‘ibadah puasa, bulan yang penuh hikmah dan pelajaran sebagai sarana untuk menggembleng diri kita agar menjadi pribadi yang lebih tangguh dalam menghadapi dan menjalani rintangan dan segala permasalahan hidup selama 11 bulan kedepan.

Fajar ceria di tanggal 1 Syawal, yang mana hari itu merupakan hari kemenangan kita kaum muslimin, mu’minin dan mu’minat, satu kemenangan karena kita telah berhasil melewati masa – masa penggemblengan selama sebulan penuh, sebab apa? Sebab di bulan yang mulia ini kita dituntut untuk bersabar, sabar menahan lapar, sabar menahan dahaga, sabar menahan hawa nafsu, kita dituntun untuk bisa mendidik nafsu kita, dididik untuk bisa menahan syahwat kita.

Setelah kita mampu melewati semua ujian selama bulan puasa ini, maka kita dijanjikan oleh Allah SWT akan kembali menjadi manusia baru, manusia yang fithri, kembali kepada fithrahnya, manusia yang suci bersih dari segala noda dan dosa, bersih dan suci seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya, bukan seperti rinso. 

Kita semua tahu bahwa bayi yang baru lahir itu bersih dan suci belum punya dosa dan kesalahan apa – apa dalam hidupnya, ya iyalah namanya juga baru lahir qo, maka demikianlah pula halnya dengan diri kita, setelah keluar dari bulan Romadhon ini maka insya Allah kita akan suci dan bersih dari semua dosa – dosa kita kepada Allah SWT, tinggal bagaimana kita akan mengisi 11 bulan kedepan. 

Apakah kita akan semakin meningkatkan segala ‘amal ‘ibadah dan amal kebajikan kita, apakah kita akan semakin meningkatkan kesholehan sosial di lingkungan kita, ataukah kwantitas dan kwalitas ‘ibadah kita akan menurun bahkan berhenti sama sekali untuk berbuat amal kebajikan, amal sholeh, hanya karena beranggapan bahwa bulan suci Romadhon telah usai? Jangan salah, justru bulan suci Romadhon inilah merupakan awal, garis start kita untuk menjadi lebih baik lagi di bulan – bulan berikutnya.

Dan dalam menyambut hari Raya ‘Idul Fithri ini sudah sepatutnya kita syukuri tanpa harus berlebihan memaksakan keadaan. Merayakan hari Raya ‘Idul Fithri bukan berarti harus dengan segala sesuatu yang baru, baju baru, sepatu sandal baru, dandanan baru, rumah baru, motor baru, hutang baru, istri baru, suami baru, wah jangan deh, semua serba baru, tapi hati kita, jiwa kita, sifat kita masih yang lama, masih kepribadian yang usang.

Disini perlu kita pahami bahwa sesungguhnya di hari Raya ‘Idul Fithri ini seharusnya kita punya hati yang baru, jiwa yang baru, sifat dan kepribadian baru yang menyenangkan orang – orang di sekitar kita, agar mereka nyaman berinteraksi bersama kita. 

Bolehlah badan ini dipakaikan baju baru, kain sarung baru, peci baru, tapi hati dan pribadi kita haruslah hati dan pribadi yang baru juga. Apalah artinya baju kita baru, sementara hati kita masih hati yang lama, apalah artinya kita memiliki segala sesuatu yang baru sementara kepribadian kita masih kepribadian yang lama, sama sekali tidak menunjukkan hasil didikan dan hasil gemblengan selama ‘ibadah puasa di bulan yang mulia ini, betul?

Setelah kita selesai melaksanakan ‘ibadah puasa di bulan suci Romadhon ini, mudah – mudahan kita keluar sebagai pemenang yang meraih barokah, rohmat dan maghfiroh Allah SWT, semoga kita keluar sebagai lulusan Romadhon yang bisa mencapai derajat takwa, amiin allohumma amiin. Jangan lupa tunaikan kewajiban kita untuk mengeluarkan zakat fithrah untuk membersihkan diri ini dari segala sesuatu yang menghalangi diri kita dari mendapatkan rohmat dan ampunan Allah SWT. 

Karena dosa – dosa kita kepada Allah SWT insya Allah akan langsung diampuni Allah SWT, dengan catatan kita melaksanakan ‘ibadah puasa dengan hati yang ikhlas hanya berharap ridho Allah SWT, dengan penuh keyakinan, penuh keimanan dan penuh kepasrahan. Dan sempurnakanlah dengan saling maaf memaafkan, karena semua dosa – dosa kita kepada sesama manusia hanya akan dimaafkan Allah SWT setelah kita saling maaf memaafkan, saling membebaskan diri kita dari kesalahan dan kekhilafan. 

Ini sajalah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, mohon maaf atas segala kekurangan, kesalahan datang dari diri saya sendiri, kebenaran datang dari Allah SWT. Wallohu a’lam bish showab. 

0 Komentar