Kurangnya Literasi Ancam Kualitas Informasi Publik: Dialog Pagi Tanjungpinang
Di era digital saat ini, literasi menjadi salah satu kemampuan paling penting untuk dimiliki setiap individu. Namun, sayangnya, tingkat literasi yang rendah masih menjadi ancaman serius bagi kualitas informasi yang beredar di masyarakat. Dialog Pagi Tanjungpinang, sebuah acara yang diselenggarakan oleh RRI Tanjungpinang pada tanggal 27 September 2024, berfokus pada isu ini dengan tema “Kurangnya Literasi Ancam Kualitas Informasi Publik”.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber yang kompeten, yaitu Harken, S.Pd.Ek., Ketua Pengurus Wilayah Forum Taman Bacaan Masyarakat Kepulauan Riau, Aryo Wishnu selaku host, dan Fairuz Muzdalifa, Duta Bahasa Kepulauan Riau 2024. Mereka berdiskusi mengenai dampak kurangnya literasi terhadap penyebaran informasi publik dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kualitas informasi yang diterima masyarakat.
1. Pentingnya Literasi di Era Digital
Pentingnya literasi, baik literasi membaca, menulis, maupun digital, semakin meningkat di era teknologi informasi saat ini. Literasi bukan lagi sekadar kemampuan untuk membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan untuk memahami, mengkritisi, dan menggunakan informasi secara efektif. Literasi digital, dalam hal ini, mencakup kemampuan untuk mengenali informasi yang valid dari yang palsu, memahami konteks informasi, dan menggunakan teknologi dengan bijak.
Harken, S.Pd.Ek., dalam dialog tersebut, menekankan bahwa "kurangnya literasi di masyarakat tidak hanya berdampak pada kesalahan dalam memahami informasi, tetapi juga menciptakan ruang bagi penyebaran hoaks dan disinformasi yang lebih luas." Harken, yang juga aktif di Forum Taman Bacaan Masyarakat Kepulauan Riau, berperan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca dan memahami informasi dari berbagai sumber tepercaya.
2. Ancaman Kurangnya Literasi terhadap Kualitas Informasi Publik
Kurangnya literasi di Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau, menjadi ancaman serius bagi kualitas informasi publik. Masyarakat yang kurang literat sering kali kesulitan membedakan informasi yang valid dari informasi yang menyesatkan, terutama di platform media sosial yang banyak digunakan saat ini. Hal ini semakin memperburuk masalah disinformasi dan misinformasi yang dapat merusak keharmonisan sosial dan menurunkan kepercayaan terhadap institusi pemerintah maupun media.
Fairuz Muzdalifa, Duta Bahasa Kepulauan Riau 2024, dalam dialog tersebut menambahkan bahwa "salah satu tantangan terbesar dalam meningkatkan literasi adalah kurangnya minat baca dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital di era yang semakin canggih ini." Ia mengungkapkan bahwa masyarakat sering kali hanya membaca judul berita tanpa mendalami isi konten, yang menyebabkan salah tafsir informasi.
Fairuz juga menekankan pentingnya bahasa sebagai sarana komunikasi yang baik dan benar. Ia mengatakan bahwa salah penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis, juga turut memperkeruh penyebaran informasi yang keliru. Sebagai Duta Bahasa, Fairuz berperan aktif dalam menyebarkan kesadaran akan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menyampaikan informasi publik.
3. Peran Media dalam Meningkatkan Literasi Masyarakat
Media memiliki peran strategis dalam membantu meningkatkan literasi masyarakat. Sebagai salah satu media penyiaran nasional, RRI Tanjungpinang berkomitmen untuk menyajikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Aryo Wishnu, sebagai host dari acara Dialog Pagi Tanjungpinang, menyatakan bahwa "media memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya menyediakan informasi yang faktual, tetapi juga mendidik masyarakat tentang cara mengonsumsi informasi dengan bijak."
Aryo menambahkan bahwa salah satu upaya yang dilakukan oleh RRI adalah dengan mengadakan program dialog seperti ini, di mana narasumber dari berbagai bidang diundang untuk memberikan pandangan dan solusi mengenai isu-isu aktual yang tengah berkembang. Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat lebih kritis dalam menilai informasi yang mereka terima.
4. Solusi Mengatasi Rendahnya Literasi di Masyarakat
Tantangan rendahnya literasi di Indonesia memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, baik pemerintah, media, maupun lembaga pendidikan. Beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini antara lain:
Meningkatkan akses terhadap bahan bacaan berkualitas: Harken menyarankan agar pemerintah daerah memperbanyak perpustakaan umum di berbagai wilayah, khususnya di daerah terpencil, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses buku dan bahan bacaan lain yang berkualitas.
Menyelenggarakan kampanye literasi: Fairuz mengusulkan agar diadakan kampanye literasi digital yang lebih intensif, terutama di kalangan anak muda yang lebih sering mengonsumsi informasi dari media sosial. Kampanye ini dapat dilakukan melalui media massa, sekolah, dan organisasi masyarakat untuk menanamkan pentingnya literasi sejak dini.
Pelatihan literasi digital: Mengajarkan masyarakat untuk menggunakan teknologi dengan bijak juga menjadi solusi penting dalam meningkatkan literasi. Pelatihan ini dapat mencakup cara memverifikasi informasi, mengenali berita hoaks, serta memahami konten yang bersifat misleading.
Peran aktif komunitas literasi: Forum Taman Bacaan Masyarakat Kepulauan Riau yang dipimpin oleh Harken adalah salah satu contoh komunitas yang aktif dalam mempromosikan pentingnya literasi. Dengan menyediakan ruang baca dan kegiatan-kegiatan literasi di berbagai pelosok Kepulauan Riau, forum ini memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan literasi masyarakat.
5. Kesimpulan
Dialog Pagi Tanjungpinang dengan tema "Kurangnya Literasi Ancam Kualitas Informasi Publik" telah membuka mata banyak pihak akan pentingnya literasi di era informasi ini. Harken, Fairuz Muzdalifa, dan Aryo Wishnu sebagai narasumber acara ini menyoroti berbagai aspek dari rendahnya literasi di masyarakat, termasuk dampaknya terhadap kualitas informasi publik.
Upaya peningkatan literasi tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, media, lembaga pendidikan, dan masyarakat itu sendiri untuk menciptakan generasi yang melek literasi, sehingga mereka dapat lebih bijak dalam menerima, memproses, dan menyebarkan informasi yang benar. Hanya dengan meningkatkan literasi, kualitas informasi publik dapat terjaga, dan masyarakat bisa terlindungi dari ancaman disinformasi yang semakin marak di era digital ini.
0 Komentar