Peter Schiff Prediksi Pasar Bull Emas Terkuat dalam Sejarah Telah Dimulai
Peter Schiff, seorang ekonom ternama dan advokat kuat terhadap emas, kembali menarik perhatian publik melalui pernyataan mengejutkan di platform media sosial X (sebelumnya Twitter) pada Kamis, 20 Maret. Dalam unggahannya, ia menyebut bahwa pasar bull untuk emas yang saat ini berlangsung adalah yang paling kuat sepanjang sejarah modern. Namun, pernyataan tersebut disampaikan dalam konteks yang agak ironis: pasar tengah menunjukkan sentimen investor yang sangat lemah.
Emas Melampaui US$3.000: Sebuah Tonggak Sejarah
Dalam beberapa minggu terakhir, harga emas telah mengalami kenaikan signifikan dan akhirnya menembus angka psikologis penting, yakni US$3.000 per ons. Tonggak ini bukan hanya mencerminkan lonjakan nilai dari komoditas tersebut, tetapi juga sinyal kuat terhadap dinamika makroekonomi yang lebih luas. Menurut Schiff, penurunan sebesar US$15 di pagi hari tidak sepatutnya dianggap signifikan karena tren utama tetap bullish.
Kontradiksi: Saham Tambang Turun Saat Emas Naik
Salah satu poin paling menarik yang disampaikan Schiff adalah anomali antara harga emas dan performa saham pertambangan emas. Ia menyebut bahwa meskipun harga emas mencapai rekor tertinggi, saham-saham tambang justru mengalami tekanan jual. Hal ini menurut Schiff disebabkan oleh ketakutan dan skeptisisme investor yang berlebihan, bukan oleh faktor fundamental.
Sentimen Pasar yang Konservatif di Tengah Potensi Keuntungan
Peter Schiff menilai bahwa sebagian besar investor masih belum memahami kekuatan pasar bull saat ini. Mereka terjebak dalam ketakutan jangka pendek dan memilih menjual saham tambang meskipun harga emas tinggi. Menurutnya, ini menciptakan peluang luar biasa bagi investor jangka panjang yang bersedia bertindak saat orang lain takut.
Ketahanan Emas terhadap Dolar AS
Dalam konteks makroekonomi global, Schiff menyoroti kekuatan dolar AS sebagai salah satu faktor yang biasanya menjadi lawan bagi harga emas. Namun, dalam kondisi saat ini, meskipun dolar AS relatif kuat, emas tetap menunjukkan reli yang mengesankan. Schiff memperkirakan bahwa kekuatan dolar tidak akan bertahan lama dan justru akan mengalami pelemahan, yang dapat memperkuat tren naik harga emas.
Valuasi Saham Tambang dan Potensi Kinerja
Schiff juga menegaskan bahwa saham tambang emas saat ini masih undervalued, bahkan jika harga emas turun ke US$2.000 per ons. Ia memperkirakan bahwa jika harga emas bertahan di kisaran US$3.000, saham-saham ini akan dengan mudah mengungguli proyeksi laba Wall Street.
“Tidak masuk akal jika saham tambang emas turun hanya karena harga emas sedikit turun. Saham tambang emas tetap murah meski harga emas turun hingga US$2.000, dan seharusnya melampaui perkiraan laba Wall Street jika harga emas sekitar US$3.000,” tegas Schiff.
Kelemahan Pasar Saham Tradisional Jika Diukur dengan Emas
Schiff juga menggunakan analisis yang lebih luas untuk menilai kinerja pasar saham konvensional. Ia menyatakan bahwa metrik yang biasa digunakan untuk mengevaluasi pasar saham saat ini tidak mengakomodasi realitas inflasi yang sebenarnya. Ketika diukur dalam satuan emas, menurut Schiff, performa pasar saham jauh lebih lemah dibandingkan dengan ketika diukur dalam dolar.
Ini menunjukkan bahwa emas bukan hanya menjadi aset pelindung nilai terhadap inflasi, tetapi juga alat ukur nilai riil kekayaan yang lebih stabil dibandingkan dengan mata uang fiat seperti dolar.
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar