Mengapa Altcoin Lebih Ideal untuk Trading, Bukan Investing?
Pada siklus pasar kripto tahun 2025, sebuah pola menarik kembali terulang: Altcoin, yang pernah digadang-gadang sebagai 'Bitcoin berikutnya', ternyata lebih cocok dijadikan instrumen untuk trading jangka pendek ketimbang investasi jangka panjang. Meski volatilitasnya tinggi dan potensi keuntungannya menggiurkan, altcoin menyimpan berbagai risiko mendasar yang membuatnya tidak cocok untuk di-hold dalam waktu lama. Artikel ini akan mengulas secara menyeluruh alasan mengapa altcoin lebih ideal untuk trading, bukan investing, dengan pendekatan berbasis data, strategi, serta konteks makro pasar terkini.
1. Altcoin Melimpah, Likuiditas Terbatas
Pasar kripto saat ini telah menyaksikan lonjakan jumlah altcoin yang luar biasa. Ribuan koin dan token baru bermunculan setiap tahun, namun kapitalisasi dan likuiditas tidak bertambah secara proporsional. Hal ini menciptakan:
Kompetisi antar altcoin dalam memperebutkan volume dan perhatian pasar.
Likuiditas tipis, yang mempersulit proses jual beli terutama saat pasar sedang menurun.
Kesulitan exit bagi investor ritel yang terjebak di proyek yang kehilangan pamor.
Smart money—dana institusi dan whale investor—cenderung berotasi dari satu sektor ke sektor lain (misalnya dari DeFi ke NFT, kemudian ke AI coin, dan seterusnya). Ini menyebabkan altcoin bersifat sementara sebagai tren dan tidak memiliki daya tahan fundamental jangka panjang.
2. Altcoin: Ladang Subur Bagi "Bad Actors"
Kemudahan menciptakan token baru melalui platform seperti Ethereum, BNB Chain, dan Solana menyebabkan lonjakan proyek-proyek spekulatif. Sayangnya, ini juga membuka pintu bagi:
Rug pulls dan exit scams yang merugikan investor.
Proyek tanpa roadmap yang jelas atau hanya mengandalkan FOMO sesaat.
Developer anonim yang hilang begitu saja saat harga jatuh.
Investor jangka panjang kerap kali menjadi korban karena berharap pada pemulihan harga yang tidak pernah terjadi. Sementara trader jangka pendek lebih cenderung untung karena mereka keluar lebih cepat sebelum kejatuhan besar terjadi.
3. Dominasi Trading Bot dan Algoritma
Seiring berkembangnya ekosistem kripto, muncul pula ribuan trading bot dan strategi algoritma yang mampu:
Mengambil keuntungan dari pergerakan harga mikro dalam hitungan detik.
Menjalankan strategi scalping dan arbitrase secara otomatis.
Memanfaatkan kelemahan perilaku trader ritel (seperti panic sell atau FOMO buy).
Algoritma ini membuat pasar altcoin semakin efisien—namun bukan berarti mudah untuk investasi. Justru karena adanya bot, volatilitas sering kali bersifat buatan dan harga bisa berubah drastis hanya karena aksi satu whale atau bot tertentu.
4. Bitcoin Menjadi Safe Haven Kripto
Dalam kondisi ekonomi global yang tidak pasti, banyak institusi dan negara beralih ke Bitcoin sebagai lindung nilai. Ini membuat dominasi Bitcoin meningkat, dan:
Altcoin menjadi kurang menarik dari sisi fundamental.
Banyak portofolio kripto mulai dialihkan ke BTC.
Dominasi Bitcoin (BTC.D) menjadi indikator utama sentimen pasar.
Ketika BTC mendominasi, maka dana yang mengalir ke altcoin berkurang drastis. Ini membuat altcoin berisiko stagnan atau bahkan mati suri dalam waktu yang tidak menentu.
5. Altcoin Bergantung pada Narrative
Tidak seperti Bitcoin yang memiliki narasi sebagai penyimpan nilai (digital gold), altcoin cenderung bergantung pada tren dan narrative. Misalnya:
DeFi boom tahun 2020-2021.
NFT craze tahun 2021.
AI narrative di 2024.
Narrative ini bersifat musiman dan cepat berlalu. Ketika hype menguap, harga altcoin bisa turun drastis. Tanpa narrative yang kuat dan berkelanjutan, sulit untuk mempertahankan minat jangka panjang.
6. Korelasi Tinggi, Resiko Sistemik Tinggi
Altcoin cenderung bergerak mengikuti Bitcoin. Ketika BTC turun, altcoin cenderung turun lebih dalam. Ketergantungan ini membuat investasi altcoin:
Rentan terhadap crash pasar kripto secara keseluruhan.
Sangat volatil dan sulit diprediksi.
Mengalami downtrend lebih lama dibanding Bitcoin.
Sifat ini cocok bagi trader yang paham teknikal dan momentum, tetapi bukan bagi investor jangka panjang yang mencari pertumbuhan stabil.
7. Strategi Trading yang Relevan untuk Altcoin
Bagi kamu yang ingin tetap terlibat dalam altcoin, maka trading adalah cara yang paling rasional. Beberapa strategi populer antara lain:
Scalping: mengambil untung dari pergerakan harga kecil.
Swing Trading: memanfaatkan ayunan harga harian hingga mingguan.
News-based Trading: mengambil posisi berdasarkan sentimen atau pengumuman besar.
Technical Breakout: masuk ketika harga menembus resistance dengan volume tinggi.
Trader bisa menggunakan tools seperti TradingView, CoinGlass, atau Tensorcharts untuk mendeteksi peluang jangka pendek secara real-time.
8. Risiko Trading Altcoin dan Cara Menguranginya
Meskipun lebih cocok untuk trading, altcoin tetap menyimpan risiko besar. Beberapa tips untuk mitigasi:
Gunakan stop loss dan take profit otomatis.
Batasi posisi di bawah 5% dari total portofolio.
Hindari leverage tinggi jika belum berpengalaman.
Selalu riset tokenomics dan on-chain data.
Gunakan indikator seperti RSI, volume, moving average, dan pattern klasik untuk membantu keputusan trading. Perhatikan juga sentimen sosial media dan perilaku whale.
9. Studi Kasus: Trader vs Investor di Altcoin
Contoh altcoin XYZ:
Harga naik 500% dalam 2 minggu karena narrative baru (AI).
Trader mengambil profit di puncak menggunakan indikator RSI overbought.
Investor hold dengan harapan narrative bertahan lama, tapi harga anjlok 80% setelah hype selesai.
Kesimpulannya: trader cenderung untung jika cepat tanggap, sedangkan investor menderita kerugian karena narrative jangka pendek tidak diimbangi fundamental kuat.
10. Kesimpulan: Altcoin = Pasar Spekulatif, Bukan Aset Investasi
Altcoin memang menarik. Ia dinamis, berisiko tinggi, dan bisa membawa keuntungan luar biasa dalam waktu singkat. Namun, karakteristiknya yang sangat spekulatif, bergantung pada narrative, mudah dimanipulasi, serta tidak memiliki likuiditas yang memadai menjadikannya lebih cocok untuk dijadikan instrumen trading daripada investasi.
Jika kamu ingin menyimpan aset jangka panjang dalam dunia kripto, Bitcoin adalah pilihan utama. Sementara itu, altcoin adalah arena bagi mereka yang siap beraksi cepat, berani mengambil risiko, dan memahami dinamika pasar mikro. Dalam dunia yang didominasi bot, narrative cepat berlalu, dan likuiditas yang terpecah, altcoin tidak menawarkan keamanan investasi—melainkan peluang trading berisiko tinggi yang perlu disikapi dengan strategi cerdas dan manajemen risiko yang ketat.
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar