Bitcoin Bertahan di Level US$90 Ribu dalam Sebulan, Kok Bisa? Analisis Mendalam Tren, Faktor Pendukung, dan Proyeksi ke Depan
Pendahuluan
Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan ketangguhannya dengan bertahan di kisaran US95.000 sepanjang April hingga awal Mei 2025. Padahal, aset kripto ini sempat terkoreksi hingga US$78.000 akibat sentimen makroekonomi dan aksi ambil untung (profit-taking) oleh investor jangka pendek. Namun, tekanan jual tersebut berhasil diimbangi oleh permintaan kuat dari whale (pemilik Bitcoin dalam jumlah besar) dan institusi.
Fenomena ini memicu pertanyaan: mengapa Bitcoin mampu bertahan di level tinggi ini? Artikel ini akan mengupas tuntas faktor-faktor pendorong, analisis data on-chain, peran investor institusional, serta proyeksi harga Bitcoin dalam beberapa bulan ke depan.
1. Faktor-Faktor yang Membuat Bitcoin Stabil di US$90 Ribu
1.1. Akumulasi Bitcoin oleh Whale
Salah satu faktor utama yang menjaga harga Bitcoin tetap tinggi adalah aksi akumulasi besar-besaran oleh whale. Data on-chain dari analytics platform seperti Glassnode dan Santiment menunjukkan:
Lebih dari 43.000 BTC (senilai ~US$4 miliar) dibeli oleh whale sejak pertengahan April 2025.
Alamat dengan 1.000–10.000 BTC meningkat signifikan, menandakan akumulasi jangka panjang.
Supply Bitcoin di bursa terus menurun, menunjukkan bahwa investor lebih memilih holding daripada trading.
Aksi akumulasi ini menunjukkan keyakinan kuat para pemain besar terhadap potensi kenaikan harga Bitcoin di masa depan.
1.2. Pemulihan Arus Masuk Dana Institusional
Meski belum sekuat tahun 2024, arus masuk dana institusional mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan:
ETF Bitcoin di AS mencatat arus masuk positif setelah beberapa minggu netral.
Laporan Grayscale dan BlackRock menunjukkan peningkatan minasi investor institusional.
Beberapa hedge fund besar mulai mengalokasikan portofolio ke Bitcoin sebagai lindung nilai inflasi.
Institusi melihat Bitcoin sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global, terutama dengan melemahnya nilai tukar beberapa mata uang fiat.
1.3. Sentimen Makroekonomi yang Mendukung
Beberapa faktor eksternal turut mendukung stabilitas harga Bitcoin:
Melemahnya Dolar AS (USD) membuat aset risiko seperti Bitcoin lebih menarik.
Kebijakan suku bunga The Fed yang mulai melunak mengurangi tekanan pada pasar kripto.
Krisis ekonomi di beberapa negara (seperti Argentina & Turki) meningkatkan permintaan Bitcoin sebagai pelindung kekayaan.
1.4. Pengurangan Pasokan Bitcoin di Pasar (Supply Shock)
Dengan halving 2024 yang mengurangi pasokan baru Bitcoin, efek supply shock semakin terasa:
Penambang Bitcoin menjual lebih sedikit BTC karena biaya produksi tinggi.
Lebih dari 70% pasokan Bitcoin tidak bergerak dalam setahun terakhir (hodling).
Tingkat inflasi Bitcoin kini di bawah 1% per tahun, membuatnya semakin langka.
Kombinasi permintaan tinggi dan pasokan terbatas ini menjadi pendorong utama kestabilan harga di kisaran US$90.000+.
2. Analisis Teknikal: Apakah Bitcoin Siap Menuju US$100.000?
2.1. Level Support & Resistance Kunci
Support Utama: US88.000 (zona akumulasi kuat).
Resistance: US100.000 (target berikutnya).
**Jika breakout di atas US120.000 (berdasarkan pola Fibonacci extension).
2.2. Indikator Teknikal yang Perlu Diperhatikan
RSI (Relative Strength Index): Masih di area 60–70, menunjukkan momentum bullish tanpa kondisi overbought.
Moving Averages: BTC konsisten di atas EMA 200 (bullish jangka panjang).
Volume Perdagangan: Volume beli masih dominan, mengindikasikan kekuatan bullish.
2.3. Skenario Potensial dalam 3–6 Bulan Ke Depan
Bullish Case (US$120.000+):
Jika arus masuk ETF meningkat dan whale terus akumulasi.
Jika The Fed mulai memotong suku bunga.
Jika adopsi Bitcoin di negara berkembang melonjak.
Sideways (US100.000):
Jika profit-taking berlanjut tapi dibatasi oleh permintaan institusi.
Jika sentimen makro netral (tidak ada krisis besar atau kebijakan ekstrem).
Bearish Case (US$70.000):
Jika terjadi krisis likuiditas global atau regulasi ketat di AS/UE.
Jika pasar saham mengalami koreksi dalam (memicu risk-off di kripto).
3. Peran Investor Retail vs. Institusi
3.1. Retail Investors (Pemain Kecil) Cenderung Profit-Taking
Banyak trader kecil mengambil untung di kisaran US95.000.
Namun, dampaknya terbatas karena whale dan institusi menyerap tekanan jual.
3.2. Institusi & Whale Lebih Fokus Jangka Panjang
Mereka melihat Bitcoin sebagai "digital gold" dengan potensi kenaikan 5–10 tahun ke depan.
Beberapa perusahaan seperti MicroStrategy terus menambah alokasi Bitcoin di balance sheet mereka.
4. Risiko yang Harus Diwaspadai
Meski tren bullish masih kuat, beberapa risiko dapat mengganggu stabilitas Bitcoin:
Regulasi Ketat: Jika pemerintah AS/UE mengeluarkan kebijakan keras terhadap kripto.
Geopolitical Risks: Perang atau krisis energi dapat memicu volatilitas.
Black Swan Event: Misalnya, serangan 51% attack atau kegagalan pertukaran besar.
5. Kesimpulan: Apakah Bitcoin Siap Cetak ATH Baru?
Bitcoin telah membuktikan ketangguhannya dengan bertahan di level tinggi meski ada koreksi. Dengan faktor-faktor seperti:
✅ Akumulasi kuat oleh whale & institusi
✅ Supply shock pasca-halving
✅ Sentimen makro yang mendukung
Peluang Bitcoin menembus US$100.000 dan mencetak all-time high baru di 2025 sangat besar. Namun, investor harus tetap waspada terhadap risiko jangka pendek dan selalu melakukan riset mandiri (DYOR).
🚀 Disclaimer: Artikel ini bukan saran finansial (NFA). Lakukan penelitian sendiri sebelum berinvestasi.
FAQ (Pertanyaan Umum)
Q: Apakah masih baik membeli Bitcoin di US$90.000?
A: Tergantung strategi. Untuk jangka panjang, akumulasi bertahap (DCA) bisa jadi pilihan.
Q: Kapan Bitcoin bisa tembus US$100.000?
A: Potensi terjadi dalam 1–3 bulan jika permintaan institusi meningkat.
Q: Apa yang harus dilakukan jika Bitcoin turun lagi ke US$70.000?
A: Bisa jadi peluang beli, asalkan analisis fundamental masih kuat.
📌 Tertarik dengan analisis kripto lainnya? Ikuti update terbaru di platform kami!
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor
0 Komentar