Meta Description
Harga emas tembus US$4.355/ons, kapitalisasi pasar global menembus US$30 triliun! Saat emas bersinar, pasar kripto justru merosot tajam. Apa yang terjadi?
Ketika Emas Naik ke Puncak Dunia dan Kripto Terperosok: Pertanda Perubahan Arah Investasi Global?
Pendahuluan: Dunia Kembali pada Logam Kuno
Sebuah ironi tengah terjadi di pasar global. Saat banyak orang memuji kripto sebagai masa depan keuangan, justru logam kuno bernama emas yang kembali memimpin pergerakan pasar.
Dalam 24 jam terakhir, harga emas dunia melonjak 1,75% hingga menembus US$4.355 per ons, level tertinggi sepanjang sejarah perdagangan modern. Berdasarkan data Companies Market Cap, kapitalisasi pasar emas kini menyentuh US$30 triliun, menjadikannya aset paling bernilai di planet ini per Jumat (17/10).
Sementara itu, dunia kripto justru mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan CoinMarketCap, total kapitalisasi pasar aset digital merosot 2,56% menjadi US$3,68 triliun.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar:
Apakah dunia investasi sedang mengalami shift besar dari aset digital kembali ke aset konvensional?
Apakah emas kembali membuktikan dirinya sebagai “raja sejati” di tengah badai ekonomi dan geopolitik global?
1. Lonjakan Emas yang Tak Terbendung
Kenaikan harga emas bukan sekadar lonjakan sesaat. Dalam satu tahun terakhir, nilai logam mulia ini telah meningkat hampir 60%, menandai reli terpanjang dalam satu dekade terakhir.
Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran global: mulai dari perang dagang baru antara Amerika Serikat dan China, ketegangan rantai pasok, hingga ancaman resesi yang membayangi perekonomian dunia.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengumumkan kebijakan baru yang memperketat tarif impor terhadap produk-produk China, memicu eskalasi baru dalam perang dagang. Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuding Beijing berusaha “menguasai rantai pasok dunia” melalui kebijakan ekspor yang agresif.
Kondisi geopolitik ini membuat investor global kembali berbondong-bondong mencari “tempat aman” — dan emas menjadi pelabuhan utama.
“Setiap kali dunia tak pasti, emas pasti bersinar,” kata analis pasar senior dari Bloomberg Intelligence.
2. Mengapa Emas Lebih Menarik dari Kripto?
a. Stabilitas Nilai dan Kepercayaan Ribuan Tahun
Emas telah bertahan sebagai penyimpan nilai selama lebih dari 5.000 tahun. Ia tidak tergantung pada jaringan internet, teknologi blockchain, atau kebijakan bank sentral.
Dalam kondisi di mana inflasi tinggi dan mata uang fiat melemah, emas menjadi pilihan alami untuk mempertahankan daya beli.
b. Dukungan dari Bank Sentral Dunia
Banyak bank sentral kini memperbanyak cadangan emas mereka. Rusia, China, dan India termasuk yang paling agresif membeli emas selama 2025. Langkah ini memperkuat posisi emas sebagai simbol kemandirian ekonomi dan instrumen “anti-dolar”.
c. Ketidakpastian Regulasi Kripto
Sementara emas menikmati stabilitas, kripto masih berhadapan dengan ketidakpastian regulasi di berbagai negara.
Dari potensi larangan transaksi, pajak tinggi, hingga penyelidikan terhadap bursa-bursa besar — semua ini menciptakan tekanan negatif pada kepercayaan investor.
Belum lagi faktor keamanan siber, peretasan, dan kasus manipulasi pasar yang kerap menghantui ekosistem kripto.
3. Kripto Tersandung di Tengah Gelombang
Di sisi lain, pasar kripto tampak kehilangan momentumnya. Dalam sepekan terakhir, harga Bitcoin anjlok ke bawah level psikologis US$90.000, sementara Ethereum merosot ke US$3.200.
Analis menilai, penyebab utama penurunan ini bukan hanya tekanan makroekonomi, tetapi juga faktor internal:
-
Likuidasi besar-besaran posisi leverage di pasar derivatif kripto.
-
Kepanikan investor retail akibat pemberitaan negatif.
-
Kurangnya arus modal institusional baru yang masuk ke ekosistem digital asset.
Banyak pengamat menilai bahwa pasar kripto sedang memasuki fase “pendinginan” alami setelah reli spektakuler di awal tahun.
Namun, apakah ini sekadar koreksi sehat — atau tanda bahwa investor mulai kehilangan kepercayaan?
4. Emas vs Kripto: Siapa yang Lebih Layak Dipegang?
| Aspek | Emas | Kripto |
|---|---|---|
| Nilai Intrinsik | Tinggi (logam fisik, langka, universal) | Tidak berwujud, bergantung pada permintaan pasar |
| Volatilitas | Rendah hingga sedang | Sangat tinggi |
| Likuiditas Global | Stabil di seluruh dunia | Bergantung pada exchange dan regulasi |
| Perlindungan Nilai | Tahan inflasi dan krisis | Masih eksperimental |
| Potensi Keuntungan | Kenaikan stabil | Bisa melonjak, tapi berisiko besar |
Dari tabel di atas, terlihat bahwa emas unggul dalam stabilitas, sementara kripto unggul dalam potensi pertumbuhan.
Pilihan akhirnya tergantung pada profil risiko investor: apakah Anda tipe pencari ketenangan atau pemburu adrenalin?
5. Emas Digital Mulai Populer: Perpaduan Dua Dunia
Menariknya, tren baru muncul di tengah perdebatan ini: tokenisasi emas.
Produk seperti Tether Gold (XAUt) dan PAX Gold (PAXG) kini menjadi jembatan antara aset tradisional dan teknologi blockchain.
Keduanya memungkinkan investor memiliki emas digital yang nilainya langsung terikat pada harga emas fisik di dunia nyata.
Dalam 24 jam terakhir, nilai token-token tersebut ikut naik seiring reli emas global — membuktikan bahwa integrasi antara dunia lama dan dunia baru sebenarnya mungkin terjadi.
6. Faktor Psikologis: Kembali ke yang Nyata
Ketika ekonomi global diliputi ketegangan dan teknologi semakin rumit, manusia cenderung kembali mencari pegangan yang sederhana dan nyata.
Emas, dengan kilaunya yang bisa disentuh dan disimpan secara fisik, memberi rasa aman yang tak tergantikan oleh angka digital di layar ponsel.
Sementara kripto, meskipun inovatif, masih dianggap abstrak dan penuh risiko. Dalam istilah sederhana: emas menenangkan, kripto menegangkan.
7. Apakah Ini Akhir Bagi Kripto?
Belum tentu. Dunia keuangan sedang mengalami evolusi.
Sebagian analis berpendapat, penurunan kripto kali ini hanyalah fase akumulasi sebelum ledakan berikutnya, terutama jika teknologi seperti central bank digital currency (CBDC) dan tokenisasi aset nyata semakin diterima luas.
Namun untuk saat ini, arus dana jelas berpihak pada emas. Investor besar, bank sentral, dan dana pensiun tampaknya lebih memilih logam kuning ketimbang aset digital yang masih fluktuatif.
Kesimpulan: Dunia di Persimpangan Arah
Fenomena terkini menunjukkan bahwa pasar global tengah mengalami rebalancing.
Di satu sisi, emas kembali membuktikan keunggulannya sebagai penyimpan nilai sejati di tengah badai geopolitik dan ketidakpastian moneter.
Di sisi lain, kripto sedang berjuang mencari legitimasi jangka panjang di dunia yang mulai menuntut stabilitas, bukan sekadar spekulasi.
Mungkin inilah saatnya kita berhenti melihat emas dan kripto sebagai rival, dan mulai melihat keduanya sebagai dua pilar berbeda dalam strategi investasi modern — satu untuk perlindungan, satu untuk pertumbuhan.
Pada akhirnya, pertanyaannya bukan lagi “mana yang lebih baik?”,
melainkan “berapa banyak dari masing-masing yang pantas kita miliki?”
baca juga: Bitcoin: Aset Digital? Membongkar 7 Mitos Paling Berbahaya Tentang Cryptocurrency Pertama Dunia
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor






0 Komentar