Meta Description: Pasokan uang global (M2) pecah rekor US$115,9 triliun, tapi pasar kripto justru Black Swan akibat likuidasi terbesar sejarah ($19 Miliar)! Mengapa likuiditas global yang melimpah tak mampu menahan guncangan tarif Trump dan manuver The Fed? Simak analisis mendalam Raoul Pal tentang peran TGA dan prospek Bitcoin!
🚨 Kontroversi Likuiditas Global: M2 Tembus US$115 Triliun, Mengapa Bitcoin dan Pasar Kripto Justru "Berlumuran Darah"? 📉
Penulis: Tim Analisis Makro Ekonomi & Kripto
Pendahuluan: Paradoks yang Mengguncang Pasar
Dunia finansial kembali disuguhkan sebuah paradoks makroekonomi yang membingungkan: Pasokan uang global, yang diukur dengan metrik M2 (uang beredar secara luas), telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa, menembus angka fenomenal US$115,9 triliun. Secara teori, lonjakan signifikan likuiditas global ini seharusnya menjadi angin segar bagi aset-aset berisiko tinggi (risk-on assets), terutama pasar kripto yang dikenal sangat sensitif terhadap banjir uang fiat. Namun, kenyataan di lapangan sungguh berbeda.
Alih-alih menyambut era "musim semi" kripto, pasar justru diterjang gelombang merah pekat. Kapitalisasi pasar kripto global anjlok, dan sang raja, Bitcoin (BTC), terperosok lebih dari 15% dari rekor puncaknya. Puncaknya, pada Sabtu (11/10) lalu, pasar kripto mencatat likuidasi harian terbesar dalam sejarah, mencapai US$19,16 miliar (sekitar Rp317,22 triliun), sebuah peristiwa yang oleh banyak analis dijuluki sebagai “Black Swan Crypto 2025”—sebuah momen langka dan tak terduga yang menghapus jutaan posisi trader leverage.
Bagaimana mungkin likuiditas global yang melimpah ruah gagal menjadi bantalan empuk bagi pasar yang paling liquid dan sensitif ini? Apakah teori korelasi antara M2 Global Supply dan harga aset berisiko telah mati? Artikel ini akan membedah secara jurnalistik fenomena kontroversial ini, mengungkap fakta tersembunyi di balik manuver bank sentral dan kebijakan politik yang berperan sebagai penarik rem mendadak bagi rally kripto.
I. M2 Global: Banjir Uang di Tengah Kekeringan Sentimen
Definisi dan Implikasi M2 Global Supply
M2 Global Supply merupakan indikator kunci yang mencerminkan total uang tunai yang beredar di seluruh dunia, ditambah dengan simpanan yang mudah diakses (tabungan, giro, dan deposito jangka pendek). Kenaikan M2 menjadi US$115,9 triliun mengindikasikan bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia, yang dipimpin oleh kebijakan moneter yang longgar, telah menyuntikkan likuiditas substansial ke dalam sistem finansial.
Secara historis, ketika jumlah uang beredar meningkat drastis:
Nilai Mata Uang Fiat Menurun (Inflasi): Kekuatan beli mata uang konvensional tergerus.
Pencarian Nilai Lindung (Hedge): Investor berburu aset langka atau terbatas (scarce assets) seperti emas, properti, dan, dalam satu dekade terakhir, Bitcoin, sebagai alat lindung nilai inflasi.
Aksi Ambil Risiko: Kelebihan modal murah mendorong investor ke aset berisiko tinggi untuk mengejar imbal hasil yang lebih besar.
Dengan latar belakang ini, lonjakan M2 Global seharusnya menjadi pemicu utama kenaikan harga Bitcoin dan altcoin. Namun, grafik pasar berbicara sebaliknya. Inilah misteri yang harus kita pecahkan.
Keterputusan Hubungan: Studi Kasus Bitcoin dan M2
Raoul Pal, Pendiri Global Macro Investor dan seorang makroekonom ternama, adalah salah satu figur yang menyoroti keterputusan korelasi historis ini. Pal berargumen bahwa, untuk jangka waktu yang cukup lama, pergerakan harga Bitcoin memiliki korelasi yang kuat dan tertinggal (sekitar 12 minggu) dengan ekspansi M2 global.
“Jika 89% dari seluruh pergerakan harga BTC dijelaskan oleh Likuiditas Global, maka berdasarkan definisi, hampir semua 'berita' dan 'naratif' hanyalah kebisingan." — Raoul Pal
Namun, Pal sendiri mengakui bahwa korelasi ini mulai terdistorsi. Pertanyaannya, faktor apa yang begitu kuat sehingga mampu menetralkan daya dorong likuiditas global sebesar $115,9 triliun?
II. Ancaman "Black Swan" dari Washington: TGA dan Tarif Trump
Rekening Umum Perbendaharaan (TGA): "Sumbatan" Likuiditas Bank Sentral AS
Menurut analisis Raoul Pal, Rekening Umum Perbendaharaan AS (Treasury General Account/TGA) menjadi titik sumbatan utama yang merusak korelasi Bitcoin dengan M2 Global. TGA adalah rekening giro kas Kementerian Keuangan AS yang disimpan di Federal Reserve.
Mekanismenya Sederhana Namun Menghancurkan: Ketika Kementerian Keuangan AS menerbitkan obligasi dalam jumlah besar untuk mengisi kembali saldo TGA mereka (misalnya, mencapai target US$800 miliar), mereka secara efektif menarik likuiditas dari pasar keuangan komersial.
Analogi: Bayangkan TGA adalah keran besar yang menyedot air (likuiditas) dari kolam (pasar). Meskipun M2 Global Supply secara total meningkat, penarikan dana besar-besaran oleh TGA di AS menciptakan kekeringan likuiditas lokal—terutama Dolar AS—yang sangat memengaruhi aset-aset sensitif terhadap likuiditas, seperti kripto.
Efeknya, meskipun bank sentral lain melonggarkan kebijakan, penarikan likuiditas strategis oleh Kemenkeu AS ini berhasil menekan selera risiko dan membuat modal yang seharusnya mengalir ke aset seperti Bitcoin, tertahan di dalam obligasi negara AS yang dianggap paling aman.
Gejolak Politik dan "Black Swan" Tarif 100%
Jika TGA adalah faktor teknis, maka faktor politik lah yang menjadi pemicu psikologis yang mematikan.
Pada Oktober 2024, pasar diguncang oleh pengumuman mendadak dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengancam akan memberlakukan tambahan tarif 100% terhadap impor dari Tiongkok. Eskalasi perang dagang yang tiba-tiba ini menciptakan ketidakpastian ekstrem—sebuah Black Swan—yang langsung memicu de-risking global (aksi jual aset berisiko dan pindah ke aset aman).
Sentimen Negatif Global: Tarif besar ini tidak hanya memengaruhi AS dan Tiongkok, tetapi juga menimbulkan efek domino terhadap rantai pasok dan pertumbuhan ekonomi global. Investor melihat potensi resesi dan ketegangan geopolitik yang semakin memburuk.
Aksi Jual Leverage: Kepanikan ini memicu aksi jual berantai yang didorong oleh likuiditas tipis. Di pasar kripto, hal ini berdampak fatal pada posisi leverage (pinjaman) yang masif. Data menunjukkan likuidasi sebesar US$19,16 miliar dalam sehari—sebuah rekor yang memusnahkan posisi jutaan trader.
Koreksi Makro, Bukan Kripto: Seperti yang dijelaskan oleh beberapa analis, koreksi besar ini bukan karena fundamental Bitcoin melemah, melainkan respons pasar terhadap eskalasi risiko makro yang diwujudkan melalui kebijakan tarif yang tak terduga.
Tidakkah ironis, bahwa di tengah narasi “uang tanpa batas” yang diciptakan bank sentral, satu kebijakan proteksionis saja bisa melenyapkan lebih dari US$19 miliar modal dalam 24 jam?
III. Prospek dan Ketahanan Pasar Kripto di Tengah Turbulensi
Pertanyaan Kunci: Apakah Bull Run Berakhir?
Kejatuhan pasar, terutama setelah likuidasi historis, selalu memicu pertanyaan: Apakah ini akhir dari bull run, atau hanya reset besar sebelum reli baru?
Analis seperti Raoul Pal, meskipun mengakui dampak TGA dan ketegangan dagang, tetap mempertahankan pandangan jangka panjang yang optimistis. Mereka berpendapat bahwa tekanan likuiditas dari TGA hanya bersifat sementara, dan seiring waktu, tren ekspansi M2 Global Supply yang mendasar akan kembali menegaskan dominasinya sebagai pendorong utama kenaikan harga Bitcoin.
Jika TGA telah mencapai tingkat pengisian yang memadai dan The Fed kembali ke jalur pelonggaran moneter (pemotongan suku bunga) untuk mencegah perlambatan ekonomi, maka korelasi M2 dengan Bitcoin kemungkinan akan pulih, berpotensi mendorong BTC ke target harga yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.
Strategi Pasca Black Swan: Fokus pada Fundamental
Bagi investor, peristiwa Black Swan ini menjadi pengingat pahit tentang pentingnya manajemen risiko, terutama di pasar yang sangat ter-leverage seperti kripto.
Batasi Penggunaan Leverage: Likuidasi US$19 miliar membuktikan bahwa leverage tinggi adalah bom waktu di tengah volatilitas ekstrem.
Diversifikasi: Jangan biarkan seluruh portofolio terpapar oleh sentimen tunggal (misalnya, tarif AS-Tiongkok).
Pandangan Jangka Panjang: Fokus pada narasi makro yang lebih besar—nilai kelangkaan Bitcoin (digital scarcity) melawan inflasi dan pencetakan uang fiat (M2 Global Supply) yang tidak terbatas.
Kesimpulan: Antara Fiat Melimpah dan Risiko Politik
Paradoks M2 Global yang mencapai rekor US$115,9 triliun namun gagal menyelamatkan pasar kripto dari kehancuran adalah pelajaran krusial tentang kompleksitas pasar modern. Ini membuktikan bahwa daya dorong likuiditas makro dapat sepenuhnya dinetralkan atau bahkan dibalikkan oleh dua faktor utama:
Manuver Keuangan Pemerintah (TGA): Penarikan likuiditas strategis oleh Kementerian Keuangan AS yang bertindak sebagai "penyumbat" aliran dana ke aset berisiko.
Risiko Geopolitik dan Kebijakan Politik Mendadak: Black Swan seperti ancaman tarif besar yang memicu aksi de-risking global.
Pasar kripto saat ini berdiri di persimpangan jalan—di satu sisi dibanjiri oleh gelombang likuiditas fiat yang tak terhindarkan dalam jangka panjang, namun di sisi lain terancam oleh ketidakpastian politik dan manuver teknis bank sentral.
Pertanyaannya untuk para investor dan pembuat kebijakan adalah: Dalam dunia yang semakin berisiko dan penuh uang tunai yang dicetak tanpa henti, apakah kita akan terus membiarkan aset-aset masa depan seperti Bitcoin menjadi sandera dari keputusan politik dadakan dan manuver akuntansi keuangan? Atau akankah komunitas kripto akhirnya menuntut narasi yang lebih independen dan terlepas dari noise politik Washington?
baca juga: Bitcoin: Aset Digital? Membongkar 7 Mitos Paling Berbahaya Tentang Cryptocurrency Pertama Dunia
baca juga: Regulasi Cryptocurrency di Indonesia: Hal yang Wajib Diketahui Investor






0 Komentar